أستراليا لن تنقل سفارتها الي القدس هذا ما أكدته وزيرة الخارجية الاسترالية، جولي بيشوب

Meski Ditekan Washington, Australia Ogah Pindahkan Kedubes ke Yerusalem

0 897

جاكرتا، إندونيسيا اليوم – الحزب الليبرالي الأسترالي الذي كان ترأسه بيشوب أصدر مؤخرا قرارا غير ملزم لوقف إرسال المساعدات للسلطة الفلسطينية حتى توقف الأموال التي تقدم للمقاومة. والصندوق الذي تديره السلطة الفلسطينية هو صندوق مساعدات شهرية يمنح للأسر الفلسطينية التي تقتلها أو تصيبها أو تسجنها القوات الصهيونية

“وعلى الرغم من أنني أفهم المشاعر وراء هذا القرار، فإن الحكومة الأسترالية لن تنقل سفارتها إلى القدس”، اكدته بيشوف كما نقلته سبوتنيك من الجارديان، الأحد (2018/6/17).

“قضية القدس هي الوضع النهائي وحافظنا على هذا الوضع لعدة عقود، ونحن نعمل كل ما يمكن القيام به لنؤكد أن أي الدعم الذي نقدمه للسلطة الفلسطينية تستخدم للأغراض التي وضعناها” أضافت.

وقال بيشوف أيضا أن 43 مليون دولار أمريكي التي سوف تمنحها أستراليا للسلطة الفلسطينية في ميزانية العام المقبل سوف تستخدم فقط لتغطية تكاليف الإنسانية.

“إن تمويلنا للسلطة الفلسطينية يخضع لمذكرة تفاهم، تحدد بدقة كيفية استخدامها وتخضع لمراجعة دقيقة للغاية لضمان عدم تحويل أي أموال إلى ما يسمى أموال المجاهدين”، أكدت.

الولايات المتحدة واستراليا هما الدولتان في مجلس حقوق الإنسان التابع للأمم المتحدة اللتان صوتتا ضد قرار يحث على إجراء تحقيق دولي في استخدام القوة من قبل الأجهزة الأمنية الإسرائيلية ضد الفلسطينيين الذين لا يتسلحون في القدس الشرقية والضفة الغربية وغزة في الشهر الماضي.

تدهور الوضع على الحدود بين دولة الاحتلال وقطاع غزة بشكل كبير خلال الأشهر القليلة الماضية. وكانت دولة الاحتلال تستخدم سلاح فتاك لقمع المظاهرات السلمية، بدليل المشاكل الأمنية وتزايد حركة حماس التى تزعم أنها تنظم قطاع غزة حاليا.

مظاهرة مارس العظمى للعودة تنتهي في 15 مايو، الموافق بيوم النقبى – ذكرى 70 عاما من نزوح الفلسطينيين الناجمة عن إعلان استقلال إسرائيل في عام 1948-. واندلعت التوترات عندما نقلت الولايات المتحدة السفارة الأمريكية في إسرائيل من تل أبيب إلى القدس في أبريل. وادعت إسرائيل بأن القدس عاصمة لها وأرضها التى لا يمكن فصلها، وهو ادعاء رفضه المجتمع الدولي.

المترجم :لالو عبد الرزاق | المحرر: طلال الشيقي | المصدر: سيندو نيوز


Jakarta, Indonesiaalyoum.com – Australia tidak akan memindahkan kedutaannya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem meski ada tekanan dari Washington. Hal itu ditegaskan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop.

Partai Liberal Australia yang pernah dipimpin oleh Bishop baru-baru ini mengeluarkan resolusi yang tidak mengikat untuk menghentikan pengiriman bantuan kepada Otoritas Palestina sampai negara itu mengakhiri dana Martirnya. Dana tersebut, yang dioperasikan oleh Otoritas Palestina, adalah uang tunai bulanan yang diberikan kepada keluarga Palestina yang terbunuh, terluka atau dipenjara oleh pasukan Israel.

“Meskipun saya memahami sentimen di belakang resolusi ini, pemerintah Australia tidak akan memindahkan kedutaan kami ke Yerusalem,” tegas Bishop yang dikutip Sputnik dari The Guardian, Minggu (17/6/2018).

“Isu Yerusalem adalah status akhir dan kami telah mempertahankan posisi itu selama beberapa dekade dan kami melakukan semua yang dapat kita lakukan untuk memastikan bahwa setiap dukungan yang kami berikan kepada Otoritas Palestina hanya digunakan untuk tujuan yang kita tentukan,” tambahnya.

Bishop juga menyatakan bahwa USD43 juta yang akan diberikan Australia kepada Otoritas Palestina selama tahun anggaran berikutnya, hanya akan digunakan untuk biaya kemanusiaan.

“Pendanaan kami kepada Otoritas Palestina tunduk pada nota kesepahaman, mendefinisikan tepatnya bagaimana digunakan dan tunduk pada audit yang sangat dekat untuk memastikan bahwa tidak ada dana dialihkan ke yang disebut dana Martir,” jelasnya.

AS dan Australia adalah dua negara di Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang memberikan suara menentang resolusi yang mendesak penyelidikan internasional terhadap penggunaan kekuatan oleh dinas keamanan Israel atas warga Palestina yang tak bersenjata di Yerusalem Timur, Tepi Barat dan Gaza bulan lalu.

Situasi di perbatasan Israel-Gaza telah memburuk secara signifikan selama beberapa bulan terakhir. Israel telah menggunakan senjata mematikan untuk menekan demonstrasi damai, dengan alasan masalah keamanan dan menyalahkan atas meningkatnya gerakan Hamas yang saat ini dikatakan mengatur Jalur Gaza.

Demonstrasi Great March of Return berakhir pada 15 Mei, bertepatan dengan Hari Nakba – memperingati 70 tahun eksodus Palestina yang dihasilkan dari deklarasi kemerdekaan Israel pada tahun 1948. Ketegangan dipicu ketika AS merelokasi kedutaannya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem pada tanggal 14 Mei lalu. Yerusalem telah lama diklaim Israel sebagai Ibu Kota dan wilayah tidak terpisahkan, sebuah klaim yang ditolak oleh dunia internasional.

Penerjemah: Lalu Abdul Razzak | Editor: Talal alSahiqi | Sumber: Sindonews

تعليقات
Loading...