متحف الموت في جامعة إيرلانجا الإندونيسية

Bikin Merinding! Unair Punya Museum Kematian

0 905

 جاكرتا، إندونيسيا اليوم –   هذا المتحف يشبه منزلا مسكوناً بما له من، منظر مخيف..لذا أطلق عليه  متحف الموت ، الموجود في الحرم الجامعي لجامعة إيرلانجا سورابايا .

وذلك لأن المفهوم والمحتوى في المتحف يعطيان الانطباع للزوعر كأنهم،  في قبر. يكتمل هذا الجو مع البخور العطري وصوت الصراصير التي  يضعها المدير عمدا.

الاسم الكامل للمتحف الإثنوغرافي ومركز دراسات الموت. يُعرض على الزوار نسخ مختلفة من القبور وعمليات الدفن في إندونيسيا ، مثل قبر ترونيان في بالي ، أو قبر الطفل في توراجا أو القبر الهولندي.

تقول عزتين ندا الجنة ، طالبة التاريخ في جاعة إيرلانجا، بعد زيارتها ، إلى “كان الأمر مثيراً ، لكنني كنت خائفة.  إذا كنت مع أصدقاء ، فأنا لست خائفة”.

ادعىت عزتين التي جاءت مع صديقتها أنها كانت خائفة في البداية. وعلاوة على ذلك ، يطلب المدير من كل زائر استكشاف المتحف بأكمله حتى يتم الانتهاء منه.ومن تغلّب على الخوف منّا استطاع  إكمال الجولة بالمتحف.

 

لكن مع مرور الوقت ، أصبحت عزتين مندهشة لأنها تستطيع رؤية ما لم تره من قبل.

“أرى أن هذا المكان مثير للاهتمام والاستكشاف ، في البداية شعرت أن هذا المكان  صغير ولكن تبينعند الدخول كم كان المكان كبيرا، وفوجئت بالأشياء الموجودة فيه والمواد المتاحة  لا يمكن تصورها،فالمدافن حقيقية ولتراب حقيقي و الجثة كذلك حقيقية “، قالت عزتين.

وقالت زائرة أخرى  تدعى وسواتين حسنة ، إنه على الرغم من أن المتحف كان يبدو صغيراً من الخارج ، لكن عندما دخلت ، لم تكن تعتقد أن المكان فسيح هكذا بحيث يمكن أن يحتوي على عدة مجموعات.

على الرغم من موضوع الموت ، قال مدير المتحف ديزي بستيانا أن خلال هذه الفترات لم يشهد أو يسمع عن حادث مروع. ولكن من قصص الزائرين الذين لديهم حاسة سادسة ، يدعي بعضهم أنهم قادرون على الشعور وسماع أصوات من عوالم أخرى.

متحف الموت في جامعة إيرلانجا الإندونيسية 12- اندونيسيا اليوم

وبغض النظر عن ذلك ، أكد ديزي أنّ الغرض الرئيس من إنشاء المتحف الذي كان يديره قسم الأنثروبولوجيا في جامعة إيرلانجا هو التعرف على ثقافة دفن الجثث في إندونيسيا التي كانت شديدة التنوع.

مع هذا المتحف ، يمكن للطلاب فهم كيف يموت جسم الإنسان. لأنه وفقا له ، فإن الموت ليس أمرًا يدعو إلى التخوف منه. ولكن إذا تمت دراسته يمكن مواجهته  دون خوف.

المترجمة  : مايا يونياتي | المحرر :  د . طلال الشايقي | المصدر: ديتيك


Jakarta, Indonesiaalyoum.com –   Mungkin museum ini seperti wahana rumah hantu di sebuah taman bermain. Adalah Museum Kematian, terletak di kampus B Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang sukses membuat merinding para pengunjungnya.

Hal ini tak lain karena konsep dan suasana di dalam museum yang seakan memberikan kesan pengunjung tengah berada di sebuah makam. Suasana ini lengkap dengan semerbak bau dupa dan suara jangkrik yang sengaja ditambahkan oleh pengelola.

Nama lengkapnya Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian. Pengunjung disuguhkan berbagai replika makam dan proses pemakaman yang ada di Indonesia, semisal makam Trunyan di Bali, kuburan bayi di Toraja atau makam Belanda.

“Tadi seru sih, tapi emang agak takut juga setelah masuk. Tapi kalau sama temen, saya ndak takut,” ujar mahasiswa Ilmu Sejarah Unair, Izzatin Nada al Jannah seusai berkunjung, kepada detikTravel, Selasa (4/9/2018).

Izzatin yang datang bersama temannya mengaku awalnya cukup takut. Terlebih pengelola mewajibkan setiap pengunjung menjelajahi seisi museum hingga rampung. Sembari menahan rasa takut, ia terpaksa menelusuri museum.

Namun lama-kelamaan Izzatin yang dipenuhi rasa penasaran menjadi takjub karena bisa mendapatkan wawasan yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya.

“Kalau saya lihat itu ya kok menarik banget, kayaknya kecil tapi waktu masuk eh ternyata pintu keluarnya bukan di depannya pintu masuk, dan kaget aja dalamnya luas dan materi-materi yang ada di sini itu kayak nggak yang seperti kita bayangkan. Tanahnya tanah beneran mayatnya juga mayat beneran ya,” kata Izzatin.

Pengunjung lain, Uswatin Hasanah mengatakan meski museum ini tampak kecil dari luar, begitu masuk ia tak menyangka ruangan di dalamnya cukup luas sehingga bisa memuat beberapa koleksi.

“Pertama masuk museum ini dari awal itu nggak nyangka dari pintu depan itu kayaknya kecil banget dan masuk ke sini itu tenyata besar dan luas apalagi yang di belakang koleksinya pun menarik banget,” katanya.

Kendati bertemakan kematian, pengurus museum Desi Bestiana mengatakan selama ini ia tak pernah melihat dan mendengar kejadian seram. Tetapi dari cerita sejumlah pengunjung yang memiliki indera keenam, beberapa dari mereka mengaku bisa merasakan dan mendengar suara dari alam lain.

“Kalau saya yang ndak punya kemampuan untuk mendengar dan melihat hal-hal seperti itu sih ya tidak ada, tapi kalau ada temen yang sensitif dan punya indera keenam, katanya sempat mendengar suara-suara gitu sih,” kata Desi.

Terlepas dari itu, Desi menegaskan tujuan utama didirikannya museum yang dikelola oleh Departemen Antropologi Unair itu adalah untuk mempelajari tentang budaya memakamkan jenazah yang ada di Indonesia yang memang sangat beragam.

Dengan adanya museum ini, mahasiswa bisa memahami bagaimana tubuh manusia saat meninggal nanti. Sebab menurutnya, kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Namun jika dipelajari, kematian bisa dihadapi dengan lebih enjoy.

“Jadi museum ini juga mengingatkan mahasiswa tentang kematian. Bagaimana tubuhnya nanti, dan diharapkan bisa menghadapi kematian dengan lebih enjoy ya,” harapnya.

Penerjemah: Maya Yuniati | Editor: Talal Al.Shaiqi | Sumber : Detik

تعليقات
Loading...