جاكرتا, إندونيسيا اليوم – أعلن الرئيس الأمريكي دونالد ترامب عن سياسة جديدة بفرض رسوم جمركية على واردات من دول عديدة، ومن بينها إندونيسيا. حيث شملت هذه السياسة فرض تعرفة بنسبة 32٪ على المنتجات الإندونيسية، بينما تبدأ الرسوم العامة من 10٪ على كل السلع القادمة إلى أمريكا من مختلف دول العالم.
إقرأ أيضا: خبيرة إندونيسية في الطب التجديدي ترأس مؤتمراً دولياً في روما
وعلى الرغم من أن هذه السياسة تعتبر عبئًا، فإن جمعية منتجي المعدات الطبية في إندونيسيا أو //ASPAKI// ترى أن هذه التحديات يمكن أن تكون فرصة جديدة لصناعة المعدات الطبية في البلاد. وأوضحت الجمعية أن وضع إندونيسيا ما زال أفضل من بعض الدول الآسيوية الأخرى مثل فيتنام التي تواجه تعرفة بنسبة 46٪، والصين بنسبة 54٪.
وقال الأمين العام للجمعية، إروين هيرمانتو //Erwin Hermanto//:
“خلال السنوات الماضية، خسرنا العديد من فرص الاستثمارات الأجنبية لصالح فيتنام. والآن، بفضل السياسة الأمريكية الجديدة، قد تصبح إندونيسيا أكثر جاذبية للمستثمرين الأجانب الذين يسعون لتجنب الرسوم المرتفعة عند التصدير إلى أمريكا.”
وطالبت الجمعية الحكومة بالتركيز على دعم الصناعة من الأساس، وزيادة كفاءة العمال، وتوفير بيئة أعمال مشجعة حتى تستطيع الصناعات المحلية الاستفادة من هذه الفرصة الجديدة.
كما أشارت الجمعية إلى أن هذه الرسوم الأمريكية قد تؤدي إلى التضخم داخل الولايات المتحدة وتؤثر سلبًا على اقتصادها، مما قد يدفع المستثمرين إلى البحث عن بدائل، وهنا يمكن لإندونيسيا أن تلعب دورًا مهمًا في اتفاقيات جديدة تحقق مصالح اقتصادية أكبر لها.
وشددت الجمعية على ضرورة أن تتعامل الحكومة الإندونيسية مع هذه السياسات الأمريكية بطريقة متزنة، من خلال الحوار التجاري والاتفاقيات المتبادلة التي تضمن استمرار التوازن التجاري وعدم الإضرار بسيادة الصناعة الوطنية.
وقال إروين:
“نحن نأمل من الحكومة أن تحمي السوق المحلية، خاصة أن لدينا أكثر من 280 مليون نسمة، وهو ما يجعل السوق الإندونيسي أصلًا استراتيجيًا لمستقبل الدولة.”
وأضاف أن جائحة كوفيد-19 كشفت ضعف إندونيسيا في مجال المعدات الطبية، ولكن بعد الجائحة، وبموجب تعليمات الرئيس رقم 2 لسنة 2022، تطورت صناعة المعدات الطبية 4 مرات، كما انخفضت نسبة استيراد المعدات عبر المنصات الإلكترونية من 92٪ إلى 52٪.
وأشار إلى أن هذا التقدم دليل على نجاح برنامج الاستخدام المحلي للمنتجات الوطنيةأو //P3DN//، والذي يعزز المنتجات التي تحتوي على مكونات محلية عالية أو //TKDN//. لذلك، تطالب الجمعية الحكومة بالاستمرار في هذا البرنامج وعدم التهاون في تطبيقه، حتى في ظل السياسات الجمركية الأمريكية الجديدة.
إقرأ أيضا: إندونيسيا قد تصبح رائدة في تطوير الخلايا الشمسية الطبيعية
وأكد إروين أن سياسة //TKDN// أثبتت فعاليتها في تقليل الاعتماد على المنتجات المستوردة، وساهمت في تحفيز الاقتصاد المحلي وخلق فرص عمل جديدة، مما جعل إندونيسيا وجهة جاذبة للاستثمارات الجديدة من الداخل والخارج.
إرني بوسبيتا ساري | إندونيسيا اليوم | Investor.id
JAKARTA, INDONESIA ALYOUM.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kebijakan penerapan tarif impor dan bea masuk ke banyak negara. Indonesia termasuk satu dari 60 negara yang mendapatkan perlakuan tarif timbal balik spesifik sebesar 32 persen. Sementara tarif impor dasar dimulai dari 10% terhadap semua produk yang masuk ke AS dari semua negara.
Meski memberatkan, Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI) menilai kebijakan penerapan tarif impor secara sepihak tersebut dapat membuka peluang baru bagi industri Indonesia. ASPAKI optimis Indonesia bisa mengambil keuntungan dari kebijakan tarif Amerika Serikat ini karena beberapa pertimbangan. Pertama, posisi Indonesia masih lebih baik dibanding negara eksportir Asia lainnya, seperti Vietnam dan China. Vietnam dikenakan tarif timbal balik sebesar 46%, sementara China sebesar 54% (34% tarif baru dan 20% tarif lama). ”Selama ini Indonesia banyak sekali kehilangan peluang investasi asing karena lebih memilih Vietnam dibandingkan Indonesia. Kebijakan tarif baru ini bisa membuat Indonesia lebih menarik bagi investor asing, terutama yang ingin menghindari tarif impor tinggi ke AS dari negara asal mereka,” ujar Sekretaris Jenderal ASPAKI, Erwin Hermanto.
ASPAKI berharap pemerintah dapat terus fokus mendorong pengembangan industri hulu, meningkatkan efisiensi pekerja, dan mendorong iklim usaha yang kondusif supaya industri Indonesia bisa lebih kompetitif lagi dalam bersaing mengambil kesempatan baru ini. Kedua, kebijakan tarif impor AS ini berpotensi menciptakan inflasi dan memperlambat tumbuh kembangnya ekonomi domestik AS. Hal itu akan mengurangi minat terhadap AS sebagai tujuan investasi dan menciptakan instabilitas nilai tukar mata uang dolar. ”Ini tentu saja akan membuka peluang untuk aliansi ekonomi baru dan perjanjian perdagangan baru di mana Indonesia bisa mempunyai peran dan keuntungan yang lebih baik,” tegasnya.
ASPAKI berharap pemerintah dapat menyikapi kebijakan Bea Masuk Impor (BMI) AS secara objektif dengan solusi perdagangan yang saling menguntungkan dan tetap fokus dalam koridor kebijakan tarif. Mengingat dasar dari kebijakan BMI yang diambil oleh Amerika Serikat adalah ketidakseimbangan neraca perdagangan.
Karena itu, pemerintah diharapkan dapat segera mencari titik temu perdagangan dengan AS atau merespons dengan kebijakan tarif yang terukur tanpa mengorbankan kemandirian dan kedaulatan industri dalam negeri. ”Indonesia dengan 280 juta penduduk serta potensi ekonominya yang sangat besar, kami berharap pemerintah dapat melindungi pasar domestik sehingga bisa menjadi aset masa depan bangsa,” harap Erwin.
Dia mengatakan, Indonesia mengalami pahitnya kesulitan alat kesehatan selama masa pandemi Covid-19. Sejak pandemi Covid-19 dan terbitnya Instruksi Presiden No. 2 Tahun 2022, industri alat kesehatan berkembang empat kali lipat dan belanja barang impor di e-katalog turun dari 92 persen menjadi 52 persen. ”Semua pencapaian ini adalah bukti nyata dari efektivitas program P3DN dan komitmen pemerintah dalam penyerapan produk dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi. Oleh karena itu, ASPAKI meminta agar kebijakan P3DN yang memprioritaskan produk ber-TKDN tetap dipertahankan bahkan tidak dilonggarkan dalam menghadapi kebijakan BMI AS,” harapnya.
Erwin menambahkan, kebijakan TKDN sudah terbukti sangat efektif dalam mengurangi ketergantungan terhadap produk alat kesehatan impor dan menciptakan efek pengganda (multiplier effect) dalam perekonomian. Komitmen pemerintah dalam menerapkan kebijakan TKDN memberikan jaminan kepastian investasi sehingga menarik banyak investasi baru baik dari dalam maupun luar negeri untuk membangun industri di Indonesia yang menciptakan banyak lapangan kerja baru.
Erni Puspita Sari | Investor.id