جاكرتا, إندونيسيا اليوم – قام وزير حماية العمال المهاجرين في إندونيسيا أو //P2MI//، عبد القادر كاردي //Abdul Kadir Karding، يوم الجمعة، بإغلاق شركة Multi Intan// Amanah// المختصة بتوظيف العمال المهاجرين، والتي تقع في كيلوراهان بريفيرا، بيكاسي أوتارا، بيكاسي، جاوة الغربية.
تم الإغلاق بوضع ملصقات على مبنى الشركة ولوحة في مقدمة مقرها، تفيد بفرض عقوبة إدارية تتضمن الإيقاف المؤقت الجزئي أو الكلي لأنشطة الشركة.
وقال الوزير كاردي: “رصدنا خلال عام ونصف أن هذه الشركة قامت بانتهاكات في عملية توظيف العمال المهاجرين”. وأوضح أن أول هذه الانتهاكات هو عدم دفع مستحقات 58 عاملاً، مما أدى إلى خسائر بقيمة 1.68 مليار روبية إندونيسية للعمال. بالإضافة إلى ذلك، لم تقم الشركة بإرسال 73 عاملاً مهاجراً رغم توقيعهم عقود عمل. وبناءً على ذلك، صدر قرار بإيقاف أنشطة الشركة وفقًا لقرار مدير عام حماية العمال المهاجرين //KP2MI أو BP2MI// رقم 10 لعام 2025، بسبب مخالفتها لأحكام اللائحة الوزارية //Permen P2MI// رقم 4 لعام 2025، المادة 9، الفقرة (1)، البنود (ر) و(ت).
وأكد الوزير أن الشركة يمكنها استئناف عملها إذا أوفت بجميع التزاماتها وتعهدت بعدم تكرار المخالفات، والعمل على تأسيس شركة تتمتع بإدارة سليمة. وأضاف: “إذا لم يتم الالتزام، فسنلغي الترخيص نهائيًا. لقد مررنا بعملية طويلة من التحقيقات، والتدقيق، والاستدعاءات، لكن الشركة لم تمتثل لتوجيهاتنا بالشكل المطلوب”.
وأمهلت الوزارة الشركة مدة أقصاها ثلاثة أشهر لتصحيح أخطائها، بما في ذلك دفع مستحقات جميع العمال المهاجرين الذين لم يتلقوا أجورهم. وأوضح الوزير: “إذا لم يتم حل المشكلة خلال ثلاثة أشهر من صدور القرار من قِبل المدير العام للحماية، فسنقوم بإلغاء ترخيص الشركة نهائيًا”.
وأشار إلى أن الشركة كانت تسهل إرسال العمال المهاجرين إلى عدة دول، من بينها تايوان وسنغافورة. كما شدد على أن هذه الإجراءات تهدف إلى تعزيز الحوكمة في حماية العمال المهاجرين ومنع تكرار هذه الانتهاكات في المستقبل.
واختتم الوزير حديثه قائلاً: “لم تكن هناك عقوبات صارمة في السابق، لذلك نحن اليوم لا نقدم أي تساهل مع الشركات المخالفة. نريد أن تكون هذه الشركات سليمة، لأن التهاون في مثل هذه القضايا يعرض حياة البشر للخطر، ولهذا السبب ليس هناك مجال للمساومة”.
إرني بوسبيتا ساري | إندونيسيا اليوم | أنتارا
JAKARTA, INDONESIA ALYOUM.COM – Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding menyegel perusahaan penyalur pekerja migran, PT Multi Intan Amanah di Kelurahan Perwira, Bekasi Utara, Bekasi, Jawa Barat, Jumat.
Penyegelan dilakukan dengan menempel stiker pada bangunan perusahaan serta plang di area halaman depan yang berisi pemberlakuan sanksi administrasi berupa penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan usaha PT Multi Intan Amanah (MIA).
“Perusahaan ini, dalam pantauan kami selama setahun enam bulan ini telah melakukan indikasi pelanggaran terhadap proses penempatan pekerja migran,” kata Karding, di Bekasi, Jumat. Abdul Kadir Karding menjelaskan pelanggaran pertama adalah perusahaan tidak menyelesaikan kewajiban pembayaran kepada 58 orang pekerja, dengan proyeksi kerugian yang dialami Pekerja Migran Indonesia (PMI) mencapai Rp1,68 miliar. PT MIA juga tidak memberangkatkan 73 orang calon pekerja migran, meski telah menandatangani kontrak perjanjian. Akibatnya, operasional perusahaan dihentikan sementara atau seluruhnya berdasarkan keputusan Dirjen Perlindungan KP2MI/BP2MI nomor 10 tahun 2025 karena melanggar Permen P2MI 4/2025 pasal 9 ayat (1) huruf r dan t.
Menteri menegaskan perusahaan boleh beroperasi kembali atau dicabut sanksi apabila mampu menyelesaikan seluruh kewajiban sekaligus menyatakan kesanggupan untuk tidak mengulangi dan sungguh-sungguh membangun perusahaan yang sehat.
“Tetapi kalau tidak dipenuhi maka akan kami cabut izin operasi selamanya. Karena sesungguhnya kami sudah melakukan proses panjang, melakukan klarifikasi, verifikasi, pemanggilan, tetapi apa yang kami arahkan itu juga tidak dilaksanakan dengan baik,” katanya.
Perusahaan diberi tenggat waktu selama maksimal tiga bulan untuk memperbaiki kesalahan, termasuk memenuhi hak seluruh pekerja migran yang belum dibayarkan.
“Tiga bulan sejak SK ditandatangani oleh Dirjen Pelindungan, kalau tidak diselesaikan maka izin perusahaan akan kami cabut. Selamanya,” katanya. Dirinya menyebut sejumlah negara menjadi tujuan penempatan pekerja migran Indonesia melalui fasilitasi perusahaan ini, antara lain Taiwan dan Singapura.
Dia juga menyebutkan bahwa kegiatan ini sebagai upaya memperkuat tata kelola perlindungan pekerja migran Indonesia melalui tindakan tegas, agar ke depan tidak terulang kembali dan perusahaan penyalur menjadi sehat.
“Sebelum-sebelum ini belum pernah ada sanksi tegas makanya kami hari ini tidak ada kompromi untuk perusahaan yang nakal. Tujuan kedua agar perusahaan sehat karena kalau perusahaan tidak sehat, melakukan pelanggaran seperti ini, kami tidak boleh main-main karena ini nyawa manusia. Jadi memang ini bagi kami tidak ada toleransi,” kata dia.
Erni Puspita Sari | ANTARA