محافِظة سورابايا تَرفض المشاركة في الحكومة الجَديدة.. تعرّف على أسبابِها
Tolak Jadi Menteri, Risma Ungkap Untung dan Ruginya
جاكرتا، إندونيسيا اليوم – رَفضت محافِظة سورابايا، تري ريسماهاريني، منصب الوَزيرة في حكومة الثُنائي جوكوي-معروف الجَديدة، لإنها تُريد أن تنتهي مِن عَملها كمُحافِظة لمدينة الأبطال -سوارابايا- أولًا.
قالت رسيما أن هذا القرار، غَير مُربِح ومفيد بالنسبة لَها. حيث أن منصبها في سورابايا سَوف ينتهي بَعد عامٍ واحد، بينما منصبها كوزيرة، قَد ينتهي بَعد 5 أعوام.
وفي مؤتمر صحفي، عَقدته ريسما في بيتها، يَوم الأربعاء (23/10). قالت: “سَوف أتحدث بشكل شخصي. أنا أريد بالطبع أن أصبح وزيرة، مَن مِنّا لا يُريد؟ وعِندما حَسبت الأمر، فإنني لَن أربح إذا أستمريت كمحافِظة لمدينة سورابايا، حيث أنه مُتبقي في المَنصِب عام واحد فقط، ولكنني كوزيرة إذا كنت مَحل ثقة، أستطيع أن أبقى لمدة 5 أعوام”.
وأوضحت أيضًا بعض الخسائر الأخرى. حيث أنه بَعد انتهاء فترة ولايتها في سورابايا، مِن الممكن أن تنتظر أعوام وأعوام حتى تتقلد منصب حكومي سياسي مرة أخرى. وهذا هو حال السياسة.
حيث قالت: “في الواقِع، رفضي لمنصب وزيرة سوف يجعلني أخسر، حيث أنني إذا أردت الإلتحاق بإي مكان آخر، سَوف أنتظر كثيرًا”.
ولَكِن، أكدت ريسما على أنها مُستعدة لخوض تِلك المخاطرة، وأنها تُريد أن تُنهي عملها كمحافظة لسوارابايا أولًا. حيث أنها تَشعُر بالمسؤولية تجاه تِلك المَدينة. وأنها إذا كانت اخترات مَنصِب ولَم تَكتمل المشروعات التي بدأتها في سورابايا، سَوف تَشعر بالندم الشديد.
وأضافت: “أريد أن أؤكِد على أنني سَوف أحمي تِلك المَدينة، حَتى النهاية. فالإنتخابات القادمة ليس لي دورًا فيها. ولَكِن في الوقت الحالي، فلقد اختارني أهل سورابايا لإدارة المدينة، وإذا كان هُناك أي مشكلة، سوف أشعر بالذنب”.
المترجم : محمد علي | المصدر: وكالة ريبوبليكا الإخبارية
Jakarta, Indonesiaalyoum.com – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku menolak tawaran menjadi menteri pada Kabinet Jokowi-Maruf Amin karena ingin menyelesaikan tugasnya memimpin Kota Pahlawan. Risma merasa, secara hitung-hitungan, dirinya rugi menolak tawaran menteri tersebut karena jabatannya sebagai wali kota hanya tinggal satu tahun. Sementara jika menerima tawaran menteri, jabatannya bisa sampai lima tahun.
“Kalau saya ngomong pribadi, pasti saya juga kepingin pergi (jadi menteri). Maksudnya siapa gak pingin. Kalau mau ngitung untung rugi, saya tinggal satu tahunan. Sementara jabatan itu (menteri) kalau saya baik bisa lima tahun,” ujar Risma saat menggelar konferensi pers di rumah dinasnya, Rabu (23/10).
Risma juga mengaku menyadari kerugian lainnya ketika dirinya menolak jabatan menteri tersebut. Dimana, setelah selesai jabatannya sebagai Wali Kota Surabaya, dirinya kemungkinan lama tidak menduduki jabatan pemerintahan. Karena untuk kembali berkontestasi di dunia politik, harus menunggu hingga bertahun-tahun.
“Sebetulnya kalau saya hitung saya rugi juga. Karena kan kalau saya nanti mau daftar apa lagi gitu, kan nunggu lama,” kata wali kota perempuan pertama di Surabaya tersebut.
Namun demikian, Risma mengaku tidak masalah mengambil risiko tersebut. Dia tetap ingin menyelesaikan kewajibannya sebagai Wali Kota Surabaya, apapun risikonya. Risma merasa dirinya memiliki tanggung jawab untuk menjaga pembangunan Surabaya berjalan lancar. Karena dia akan merasa berdosa jika dia memilih jabatan menteri, kemudian pembangunan di Surabaya tidak berjalan dengan baik.
“Saya ingin sampaikan, saya harus menjaga kota ini sampai saya berakhir. Kalau nanti pemilihan lagi kan rakyat bukan memilih saya, bukan tanggung jawab saya lagi. Tapi lalu sekarang ada apa-apa, rakyat memilih saya. Kalau terjadi apa-apa saya ikut dosa,” ujar Risma.
Penerjemah: Mohamed Ali | Sumber: nasional.republika.co.id