إندونيسيا تعزز دبلوماسيتها التجارية لحماية قطاع التصنيع من الضغوط الجمركية

JAKARTA, INDONESIA ALYOUM.COM – Pemerintah Indonesia terus meningkatkan upaya mitigasi risiko ekonomi eksternal di tengah eskalasi perang tarif antara Amerika Serikat dan China yang kembali memanas sejak awal April 2025. Lonjakan tarif resiprokal yang dikenakan AS pada sejumlah negara, termasuk Indonesia, memaksa pemerintah untuk memperkuat diplomasi dagang guna melindungi sektor ekspor unggulan nasional.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menjelaskan, Indonesia kini berada dalam tekanan yang tidak bisa dianggap remeh. Meski secara nilai ekspor Indonesia ke Amerika Serikat masih lebih kecil dibanding negara besar lain seperti China, tetapi struktur ekspor yang padat karya membuat Indonesia cukup rentan terhadap gejolak ini.
“Ekspor kita utama ke Amerika itu adalah produk elektronik, lalu juga yang nomor dua dan nomor tiga tidak kalah besarnya adalah tekstil dan produk tekstil dan juga termasuk alas kaki,” ujar Febrio dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR RI, Senin (19/5).
Febrio menilai, sektor-sektor tersebut adalah tulang punggung ekspor nonmigas yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Dalam situasi ini, pemerintah mengambil dua langkah strategis.

Pertama, melindungi sektor manufaktur dari tekanan tarif dengan pendekatan diplomasi ekonomi. Kedua, memperluas dan mempercepat perjanjian perdagangan internasional untuk mendiversifikasi pasar ekspor.
“Sektor manufaktur yang terutama sisi labor intensive, seperti TPT dan alas kaki ini menjadi fokus perhatian pemerintah terutama dalam konteks kita melakukan negosiasi tarif antara Amerika dengan Indonesia,” katanya.
Febrio menegaskan, negosiasi yang sedang berjalan dengan Amerika Serikat tidak hanya berfokus pada penurunan tarif, tetapi juga diarahkan untuk membuka jalan reformasi struktural dalam perdagangan dan investasi. Pemerintah melihat momen ini sebagai peluang untuk mempermudah ekspor-impor dan mempercepat hilirisasi industri.
“Kita sudah menawarkan bahwa paket yang kita bicarakan dengan Amerika Serikat adalah untuk kepentingan Indonesia terutamanya, akan tetapi kita memanfaatkan momentum dari negosiasi ini untuk melanjutkan deregulasi dan juga reform untuk mempermudah eksportir maupun importir kita dan juga mempermudah investasi hilirisasi di Indonesia,” ungkapnya.

Selain Amerika Serikat, pemerintah juga terus membangun komunikasi dagang yang intensif dengan mitra-mitra strategis lain, termasuk Uni Eropa, ASEAN, dan BRICS.
“Kita juga harus terus membangun komunikasi dengan ASEAN, Uni Eropa dan juga bahkan BRICS,” kata Febrio.

Febrio menyebut percepatan finalisasi perjanjian dagang seperti IEU-CEPA menjadi salah satu prioritas utama dalam waktu dekat. Semua langkah ini diambil untuk memastikan bahwa pelaku usaha nasional tetap dapat bersaing dan bertahan, bahkan berkembang, dalam lingkungan global yang semakin tidak menentu. caption foto : Ilustrasi aktivitas di pabrik baru Karawang Assembly Plant 2 (KAP 2) milik Astra Daihatsu Motor (ADM) yang berlokasi di Kawasan Industri Surya Cipta, di Karawang Timur, Jawa Barat.