عاجل: لن يتم الإفراج عن أبو بكر باعشير
BREAKING NEWS: Abu Bakar Baasyir Batal Dibebaskan, Pemerintah Sampaikan Penyebabnya
جاكرتا، إندونيسيا اليوم – أكد مولدوكو كبير موظفين رئاسة الجمهورية أن عملية الإفراج عن أبو بكر باعشير لن تمم بسبب إكماله للشروط التي أقرها قانون رقم 12 لعام 1995 والقاعدة رقم 3 التي نصت عليها وزارة حقوق الإنسان لعام 2018 المتعلقة بشروط اعطاء العفو أو إعادة النظر في الحالة أو تصريح زيارة العائلة أو الإفراج المشروط.
قال مولدوكو: “لن يتم الإفراج عن باعشير لإنه لم يوافق على شروط الإفراج ، وهذه الشروط لا يمكن التهاون فيها“.
أول هذه الشروط بالنسبة للقضايا التي تتعلق بالإرهاب هو التعاون مع الجهات المعنية للكشف عن الجرائم المرتكبة ، وثانيها أن يكون المسجون قضى على الأقل ثلثي العقوبة التي لا يجب أن تقل عن تسعة أشهر.
أما ثالث هذه الشروط أن يكون المتهم قد وضع تحت المراقبة وتمت تهيئته لمدة لا تقل عن نصف مدة عقوبته. وأخيرًا أن يكون المتهم مقرًا لما أرتكبه من جرائم وأن يقدم إقرار يطلب فيه السماح وأن يقر كتابيًا على الطاعة للدولة الإندونيسية.
أراد الرئيس الإندونيسي جوكوي أن يفرج عن باعشير بسبب حالته الصحية المتدنية حيث أنه قد بلغ من العمر 81.
أكمل مولدوكو حديثه: “أراد الرئيس الإندونيسي أن يفرج عنه بدافع الإنسانية بسبب حالته الصحية السيئة ونؤكد على كامل احترام الرئيس الإندونيسي لقوانين الدولة التي لا يمكن التهاون فيها ، ونؤكد أيضًا على أن مستوى علاج باعشير في السجن لن يتأثر حيث أن علاجه أمر إنساني لا يمكن المساس به”.
المترجم : محمد علي | المصدر: وكالة تريب نيوز الإخبارية
Jakarta, Indonesiaalyoum.com – Kepala Staf Presiden Moeldokomemastikan bahwa saat ini permintaan pembebasan bersyarat atas Abu Bakar Ba’asyir tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah.
Sebab, Ba’asyir tidak dapat memenuhi syarat formil sebagaimana diatur Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan lebih lanjut didetailkan dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 3 Tahun 2018 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
“Iya (tidak dibebaskan). Karena persyaratan itu tidak boleh dinegosiasikan. Harus dilaksanakan,” ujar Moeldoko saat dijumpai di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (22/1/2019).
Syarat formil bagi narapidana perkara terorisme, yakni pertama, bersedia bekerjasama dengan penegak hukum untuk membantu membongkar perkara tindak pidana yang dilakukannya.
Kedua, telah menjalani paling sedikit dua per tiga masa pidana, dengan ketentuan dua per tiga masa pidana tersebut paling sedikit 9 bulan.
Ketiga, telah menjalani asimilasi paling sedikit setengah dari sisa masa pidana yang wajib dijalani.
Terakhir, menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang menyebabkan pemohon dijatuhi pidana dan menyatakan ikrar kesetiaan pada NKRI secara tertulis.
Moeldoko melanjutkan, Presiden Joko Widodo sebenarnya menyambut baik permohonan Ba’asyir bebas.
Sebab, kondisi kesehatan Ba’asyir yang kini sudah berusia 81 tahun terus menurun sehingga membutuhkan perawatan yang khusus.
“Dari sisi kemanusiaan, Presiden sangat memperhatikannya dengan sungguh-sungguh. Namun ya Presiden juga memperhatikan prinsip-prinsip bernegara yang tidak dapat dikurangi dan tidak dapat dinegosiasikan,” ujar Moeldoko.
Meski demikian, Moeldoko memastikan bahwa akses Ba’asyir terhadap fasilitas kesehatan tidak akan berubah.
“Akses Ba’asyir ke fasilitas kesehatan enggak berubah. Itu standard. Bahkan akan kita lebihkan ya apabila membutuhkan. Itu untuk urusan kesehatan, kemanusiaan, enggak bisa dikurangi,” ujar Moeldoko.
Penerjemah: Mohamed Ali | Sumber: Tribunnews