جاكرتا، إندونيسيا اليوم – رداً على منع السياح الإندونيسيين إلى الكيان الصهيوني (إسرائيل-فلسطين) ، تحدث رئيس رابطة وكلاء السفر الإندونيسيين (أسيتا) أسناوي بهار.
وقال إن العدو الصهيوني كانت استفزازية للغاية في الرد على هذه القضية. على الرغم من أنها يمكن أن تضر بهم.
ينظر أسناوي إلى هذا على أنه ديناميكية السياسة الدولية ، فضلاً عن تأثير الأعمال الصهيونية في الشرق الأوسط ، ورد عليها إندونيسيا. إنها أكثر تأثيراً على السياحة.
“أعتقد أن دولة الاحتلال استفزازية للغاية ، تمنع السياح الإندونيسيين من الذهاب إلى هناك ، نريد فقط القيام بجولة ، وليس للقيام بإشكالات ، لكننا لا نعرف الامر له علاقة بالمخابرات “.
وزاد أسناوي ، فإن هذا سوف يضر إسرائيل على المدى الطويل. ستفقد دولة الاحتلال والفلسطينيون الكثير من العملات الأجنبية التي تدخل فعليًا من السياحة.
وقال “من الواضح أن هذا يضر بدولة الاحتلال وأحث على أننا لا نجبرها على ذلك ، في الوقت الحالي ، ما زال هناك الفاتيكان الأكثر ملاءمة”.
وطالب من رجال أعمال السياحة أن يردوا على هذه السياسة الصهيونية بعدم بيع الحزم الصهيونية لفترة غير محددة.
وقال “نأمل ان يشعر الشعب الاندونيسي بالوطنية ايضا. نحن محظورون بوضوح. فلماذا نذهب الى هناك اذا كنت محظورا. لا نخسر كثيرا. هناك بدائل اخرى.”
وما يتعلق بالخسارة ، قال أن الخسارة في التجارة متوقع و السفر إندونيسيا ليست كبيرة مثل الخسارة التي سيواجهها إسرائيل مع هذه السياسة.
وقال عن العشرات من جولات السفر التي توفر رحلات إلى هناك ، كل شهر حوالي خمس إلى ست رحلات يمكن استيعابها.
وكان الدخول إلى دولة الاحتلال محدود جداً ، من الصعب الوصول إليه للمرة الأولى ، و إذا أخطأنا في الكلام ولو قليل ، سيكون الأمر صعبا جدا”
المترجمة :مايا يونياتي | المحرر: د . طلال الشايقي | المصدر: تيمبو
Jakarta, Indonesiaalyoum.com – Menanggapi ditutupnya akses wisatawan Indonesia ke Israel (Israel-Palestina), Ketua Umum Asosiasi Tour Travel Agent Indonesia (Asita) Asnawi Bahar angkat bicara.
Ia mengatakan Israel terlalu provokatif dalam menanggapi isu. Padahal hal itu bisa merugikan mereka.
Asnawi melihat hal tersebut sebagai dinamika politik internasional, juga dampak dari tindakan-tidakan Israel di Timur Tengah, yang direspon oleh Indonesia.
Hal itu sedikit banyak berpengaruh terhadap pariwisata.
“Menurut saya Israel terlalu provokatif dan berlebihan terhadap kita, mencegah wisatawan Indonesia masuk ke sana. Orang kita ke sana mau wisata kok, mau liburan, bukan mau apa-apa, tapi tidak tahu kalau ada indikasi intelijen,” tuturnya saat dihubungi KompasTravel, Kamis (31/5/2018).
Menurut Asnawi, dalam jangka panjang hal ini akan merugikan Israel. Baik Israel atau Palestina akan kehilangan banyak devisa yang seharusnya masuk dari pariwisata.
“Jelas ini merugikan Israel, dan saya himbau supaya kita jangan memaksakan ke sana. Untuk sementara waktu, masih ada Vatikan yang lebih proper, kenapa harus memaksakan ke Israel,” tuturnya.
Ia meminta para tour dan travel Indonesia turut merespon kebijakan Israel ini dengan tidak menjual paket-paket Israel untuk waktu yang belum bisa ditentukan.
“Kita harapkan rakyat Indonesia ada rasa nasionalismenya juga. Sudah jelas-jelas kita diberlakukan seperti itu, jadi ngapain juga kita ke sana kalau sudah dilarang. Kita tidak rugi besar, masih ada alternatif lain,” tuturnya.
Berbicara soal kerugian, menurutnya kerugian tour travel Indonesia tidak seberapa dengan kerugian di pihak Israel dengan adanya kebijakan itu.
“Soal kerugian, tidak ada dampak kerugian yang banyak, bahkan nyaris tidak ada. Karena kita kan membuang devisa ke sana, dan kuantitas masyarakat kita ke sana juga tidak banyak,” ujarnya.
Ia mengatakan dari puluhan tour travel yang menyediakan perjalanan ke sana, tiap satu bulan sekitar lima sampai enam perjalanan saja yang bisa diakomodir.
“Padahal masuk Israel sendiri itu pengamannnya sudah sangat ketat, sangat sulit ke sana untuk pertama kali. Repot banget, salah ngomong sedikit saja, repot urusannya di Israel,” pungkasnya.
Penerjemah: Maya Yuniati | Editor: Talal alShaiqi | Sumber: Tempo