يتوقع من النمو الاقتصادي أن يتوقف عند مستوى 5 %

Pertumbuhan Ekonomi Diprediksi Tertahan di Level 5 Persen

0 820

 

جاكرتا، إندونيسيا اليوم – مركز الإصلاح الاقتصادي (CORE) إندونيسيا يتوقع من النمو الاقتصادي في إندونيسيا في الربع الأول من عام 2018 متوقفا عند مستوى 5 %. وقال المدير التنفيذي لمركز الإصلاح الاقتصادي إندونيسيا محمد فيصل إن الحكومة بحاجة إلى التخفيف حتى يتحقق هدف النمو الاقتصادي.

وقال فيصل في مجلة كور كورترلي ريفيو في جاكرتا يوم الثلاثاء (24/4) :”يتوقع مركز الإصلاح الاقتصادي إندونيسيا نمو الاقتصاد في الربع الأول لا يزال في حدود 5 %”.

من قبل، يوقع مركز الإصلاح الاقتصادي إندونيسيا أن ينمو الاقتصاد الإندونيسي بنسبة 5.1 % إلى 5.2 % في عام 2018. وكان التنبؤ أعلى من النمو في عام 2017 بنسبة 5.07 % ولكن تحت هدف الحكومة البالغ 5.4 %.

“إذا كان هناك أي تحسن قرار بشكل كبير، يعني لا يزال هناك طريق طويل للوصول إلى المستوى الذي تستهدفه الحكومة.” كما أكد بذلك فيصل.

أبرز فيصل استهلاك الأسر لم تظهر مؤشرات على الانتعاش في الربع الأول من عام 2018. ومن المؤشرات هو نمو مبيعات التجزئة لشهر يناير وفبراير 2018 تم التعاقد نقص 0.38 %. وفي الوقت نفسه، في الفترة نفسها من العام الماضي زادت بنسبة 5.03 %.

الطبقة المتوسطة العليا تميل أيضا إلى الحفاظ على الإنفاق. من مؤشرات مبيعات السيارات، ضعف نمو مبيعات السيارات من 6.15 % في الربع الأول من عام 2017 إلى 2.88 % في الربع الأول من عام 2018.

ويرى فيصل، أن الحكومة تحتاج إلى بناء الثقة في الوضع الاقتصادي وآفاقها في المستقبل. وھذا ھو حيث يتم تشجيع الأفراد من الطبقة العليا على التسوق مرة أخرى بالنظر إلى أن المجموعة ساهمت بنسبة 83 % من مجموع استهلاك الأسرة.

وقال فيصل :”قرار فرض الضرائب أصبح شيئا ملحوظا مهما، لاسيما أن هدف الإيرادات الضريبية لهذا العام يتزايد بشكل كبير”.

ومع ذلك، ووفقاً لفيصل، استجابت الحكومة للحاجة إلى زيادة القدرة الشرائية لذوي الدخل المحدود من خلال سكب المساعدات الاجتماعية (بانصاس) في بداية العام. وتشير الملاحظات الأساسية إلى أن نمو الإنفاق من البانصاس ازداد بشكل كبير في الربع الأول من عام 2018 الذي بلغ 88 % مقارنة بالعام الماضي.

وقال: “إن هذا قرار جيد للحفاظ على القوة الشرائية للفقراء، ولكن ما إذا كان هذا البرنامج مستدامًا نظرًا لأن قرار بانصاس لا يتم تنفيذه إلا قبل المرحلة السياسية عام 2019”.

المترجم : أحمد شكري | المحرر : فارس البدر | المصدر: ريفوبليكا

Jakarta, Indonesiaalyoum.com – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal pertama 2018 tertahan di level 5 persen. Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal menilai, pemerintah perlu melakukan mitigasi agar target pertumbuhan ekonomi bisa tercapai.

“CORE Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama masih berada pada kisaran 5 persen,” ujar Faisal dalam “CORE Quarterly Review” di Jakarta, Selasa (24/4).

Sebelumnya, CORE memprediksi ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh 5,1 persen hingga 5,2 persen pada 2018. Prediksi tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada 2017 yang sebesar 5,07 persen tetapi di bawah target pemerintah yang sebesar 5,4 persen.

“Apabila tidak ada perbaikan kebijakan secara signifikan, artinya masih jauh untuk bisa mencapai target pemerintah,” ujar Faisal.

Faisal menyoroti konsumsi rumah tangga yang belum menunjukkan indikasi pemulihan pada kuartal-I 2018. Salah satu indikatornya adalah pertumbuhan penjualan ritel selama Januari hingga Februari 2018 yang justru terkontraksi minus 0,38 persen. Sementara, pada periode yang sama tahun lalu masih tumbuh sebesar 5,03 persen.

Kelompok menengah atas juga cenderung masih menahan belanja. Dari indikator penjualan kendaraan bermotor, pertumbuhan penjualan mobil justru melemah dari 6,15 persen pada kuartal-I 2017 menjadi 2,88 persen pada kuartal-1 2018.

Menurut Faisal, pemerintah perlu membangun kepercayaan terhadap kondisi ekonomi dan prospeknya ke depan. Hal itu agar masyarakat kelas menengah atas kembali terdorong untuk berbelanja mengingat kelompok tersebut memberikan kontribusi sebesar 83 persen terhadap total konsumsi rumah tangga.

“Kebijakan perpajakan memang menjadi sorotan penting terlebih mengingat target penerimaan pajak tahun ini meningkat signifikan. Upaya pemerintah mengejar target penerimaan yang tinggi jangan sampai menjadi momok bagi masyarakat dan pelaku usaha,” ujar Faisal.

Kendati demikian, menurut Faisal, pemerintah telah merespons kebutuhan meningkatkan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah dengan menggelontorkan bantuan sosial (bansos) di awal tahun. CORE mencermati, pertumbuhan belanja bansos meningkat drastis pada kuartal-I 2018 yakni mencapai 88 persen dibandingkan tahun lalu.

“Ini kebijakan yang baik untuk menjaga daya beli masyarakat miskin. Tapi apakah program ini sustain mengingat kebijakan bansos ini baru dijalankan menjelang pentas politik 2019,” ujarnya.

Penerjemah: Ahmad Syukri | Editor: Fares alBadr | Sumber: Republika

 

تعليقات
Loading...